Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu pendekatan lain yang dapat digunakan untuk menghitung biaya produk atau jasa. Melalui metode ini, pelekatan biaya (cost assigned) dilakukan dengan mengaitkan antara biaya dan aktivitas pemicunya (activity drivers)—berbeda dengan functional (volume)-based costing yang menggunakan pemicu berupa unit (unit-based drivers).
Contoh penerapan functional (volume)-based costing dapat Anda lihat dalam penghitungan biaya overhead pada Artikel Contoh Penghitungan Biaya Produk atau Jasa dengan Job-Order Costing dan Contoh Penghitungan Biaya Produk atau Jasa dengan Process Costing. Di dalam kedua artikel tersebut, biaya overhead produk dihitung dengan basis unit tertentu yakni jam tenaga kerja langsung, baik di level produksi secara keseluruhan maupun di level departemen.
Meskipun penerapannya mudah, functional (volume)-based costing dapat menimbulkan distorsi biaya produk atau jasa. Hal ini antara lain disebabkan terdapat biaya overhead lain yang tidak berkorelasi dengan unit (non-unit level) yang tidak dapat ditangkap dengan metode ini. Selain itu, terdapat kemungkinan beberapa produk mengonsumsi aktivitas yang menimbulkan biaya overhead dengan proporsi yang berbeda.
Oleh karena itu, ABC dapat diterapkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut. Melalui ABC, pelekatan biaya overhead dilakukan secara proporsional sesuai tingkat konsumsi produk atas aktivitas yang memicu timbulnya biaya. Dengan demikian, penelusuran hubungan antara biaya dan aktivitas pemicunya menjadi kunci penting dalam ABC.
Penghitungan Biaya Produk dengan Activity-Based Costing
Untuk memudahkan pemahaman tentang bagaimana ABC diaplikasikan dalam penghitungan biaya produk, asumsikan Anda merupakan pengusaha fashion dan memproduksi dua produk yakni pakaian dan dalaman. Data biaya produksi disajikan dalam Tabel 1.
Deskripsi | Pakaian | Dalaman | Total |
Jumlah yang diproduksi (unit) | 5.000 | 50.000 | 55.000 |
Biaya material langsung (Rp) | 30 juta | 300 juta | 330 juta |
Biaya tenaga kerja langsung (Rp) | 9 juta | 69 juta | 78 juta |
Estimasi biaya overhead untuk seluruh proses produksi adalah sebesar Rp180 juta yang kemudian dirinci berdasarkan aktivitas pemicunya sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
Aktivitas | Aktivitas Pemicu | Biaya (Rp) |
Penyiapan mesin | Jumlah proses produksi | 60 juta |
Penanganan material | Jumlah pemindahan material | 30 juta |
Listrik | Jumlah jam operasi mesin | 50 juta |
Pengecekan produk | Jumlah jam tenaga kerja | 40 juta |
Total | 180 juta |
Sementara itu, data aktivitas pemicu untuk masing-masing produk disajikan dalam Tabel 3 berikut.
Aktivitas Pemicu | Pakaian | Dalaman | Total |
Jumlah proses produksi (kali) | 10 | 5 | 15 |
Jumlah pemindahan material (kali) | 120 | 60 | 180 |
Jumlah jam operasi mesin (jam) | 10.000 | 90.000 | 100.000 |
Jumlah jam tenaga kerja (jam) | 5.000 | 45.000 | 50.000 |
Berdasarkan data-data tersebut, berapakah biaya produk per unit masing-masing (pakaian dan dalaman) dihitung dengan menggunakan metode Activity-Based Costing (ABC)?
Langkah pertama adalah menentukan tingkat konsumsi masing-masing produk atas aktivitas yang menjadi pemicu biaya (overhead) yang dihitung secara proporsional sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.
Aktivitas Pemicu | Pakaian | Dalaman | Total |
Jumlah proses produksi (kali) | 10/15 | 5/15 | 15/15 |
Jumlah pemindahan material (kali) | 120/180 | 60/180 | 180/180 |
Jumlah jam operasi mesin (jam) | 10.000/100.000 | 90.000/100.000 | 100.000/100.000 |
Jumlah jam tenaga kerja (jam) | 5.000/50.000 | 45.000/50.000 | 50.000/50.000 |
Setelah menghitung tingkat konsumsi, biaya produk per unit dihitung dengan menjumlahkan biaya material langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead dengan basis konsumsi aktivitas masing-masing produk yang disajikan dalam Tabel 5.
Deskripsi | Pakaian (Rp) | Dalaman (Rp) | Total (Rp) |
Biaya material langsung | 30 juta | 300 juta | 330 juta |
Biaya tenaga kerja langsung | 9 juta | 69 juta | 78 juta |
Biaya overhead: | |||
1. Penyiapan mesin (Pakaian 10/15; dalaman 5/15 x Rp60 juta) | 40 juta | 20 juta | 60 juta |
2. Penanganan material (Pakaian 120/180; dalaman 60/180 x Rp30 juta) | 20 juta | 10 juta | 30 juta |
3. Listrik (Pakaian 10.000/100.000; dalaman 90.000/100.000 x Rp50 juta) | 5 juta | 45 juta | 50 juta |
4. Pengecekan produk (Pakaian 5.000/50.000; dalaman 45.000/50.000 x Rp40 juta) | 4 juta | 36 juta | 40 juta |
Total Biaya Produksi | 108 juta | 480 juta | 588 juta |
Jumlah unit yang diproduksi (unit) | 5.000 | 50.000 | 55.000 |
Biaya produk per unit | 21.600 | 9.600 |
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui biaya produk per unit masing-masing adalah sebesar Rp21.600 untuk pakaian dan Rp9.600 untuk dalaman. Selain dapat digunakan untuk menghitung biaya produk, ABC juga dapat diaplikasikan dalam bidang lain misalnya digunakan untuk (1) mengevaluasi pelanggan (customer) dan (2) mengevaluasi pemasok (supplier).
Referensi:
Mowen, Maryanne M., Don R. Hansen, dan Dan L. Heitger. (2014). Cornerstones of Managerial Accounting 5th Edition. South-Western Cengage Learning.
Tinggalkan Balasan