PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) adalah salah satu perusahaan industri farmasi terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1976. Secara garis besar, DVLA memiliki tiga lini bisnis utama yaitu consumer health, prescription products, dan toll manufacturing and international business. Beberapa produk yang dihasilkan oleh DVLA telah dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat, antara lain Enervon-C, Natur-E, Decolgen, Neozep Forte, dan Biogesic. Untuk lini bisnis toll manufacturing and international business, DVLA telah dipercaya oleh mitra bisnis lokal dan asing untuk melakukan transfer teknologi, uji coba lab dan pilot, studi stabilitas, pengadaan bahan baku dan kemasan, dan produksi komersial barang jadi yang berkualitas untuk pasar domestik dan internasional. Dalam menjalankan bisnis toll manufacturing, DVLA menjalin kerja sama dengan PT Medifarma Laboratories.
Sampai dengan saat ini, DVLA memiliki dua fasilitas pabrik yang berlokasi di Gunung Putri dan Citeureup. Kedua pabrik tersebut telah memenuhi standar internasional Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang sesuai dengan The Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S) dan standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Pabrik Gunung Putri menjadi pusat produksi produk kapsul gelatin lunak, produk sediaan cair, plester obat, salep, dan krim. Pabrik ini telah menerapkan Integrated Management System dan Halal Assurance System untuk seluruh fasilitas pabrik dan memperoleh sertifikasi untuk ISO 90001, ISO 14001, ISO 22000, dan ISO 45001.
Sementara itu, Pabrik Citeureup memiliki spesialisasi dalam menghasilkan produk injeksi steril dan sediaan padat dalam bentuk tablet dan kapsul. Pabrik Citeureup juga telah menerapkan Integrated Management System, Halal Assurance System, Monitoring Utility System, dan Continuous Particle Monitoring System serta telah memperoleh sertifikasi untuk ISO 9001:2015, ISO14001:2015, dan OHSAS 18001:2007.
DVLA secara resmi mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Perdana pada bulan November 1994. Per tanggal 31 Desember 2020, 92,13% saham DVLA dimiliki oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd, afiliasi dari United Laboratories Inc., sementara sisanya sebesar 7,87% dimiliki oleh publik.
Pembahasan mengenai analisis atas Laporan Keuangan DVLA akan disajikan ke dalam empat bagian yaitu:
- analisis vertikal atas Laporan Keuangan DVLA tahun 2019 dan 2020;
- analisis horizontal atas Laporan Keuangan DVLA tahun 2019 dan 2020;
- analisis rasio atas Laporan Keuangan DVLA tahun 2019 dan 2020; dan
- valuasi atas harga saham DVLA.
Pemilihan tahun 2019 dan 2020 sebagai periode analisis bertujuan untuk mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja perusahaan di dalam negeri. Sementara itu, DVLA dipilih sebagai objek analisis didasarkan pada pertimbangan bahwa sektor farmasi dan kesehatan diproyeksikan menjadi salah satu sektor bisnis yang berpotensi mengalami pertumbuhan tinggi setelah pandemi Covid-19 dan DVLA merupakan salah satu leading company di sektor farmasi.
Hasil Analisis Vertikal
Analisis vertikal atas Laporan Keuangan DVLA mencakup analisis atas Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain, Laporan Posisi Keuangan, dan Laporan Arus Kas DVLA untuk tahun 2019 dan 2020. Dalam melakukan analisis vertikal atas setiap jenis Laporan Keuangan, akun atau komponen yang menjadi basis atau dasar penghitungan yaitu:
- pendapatan neto untuk Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain;
- total aset untuk Laporan Posisi Keuangan; dan
- arus kas neto untuk masing-masing aktivitas untuk Laporan Arus Kas.
Hasil analisis vertikal atas Laporan Keuangan DVLA disajikan di dalam Lampiran 1 untuk Laporan Laba Rugi dan Komprehensif Lain, Lampiran 2 untuk Laporan Posisi Keuangan, dan Lampiran 3 untuk Laporan Arus Kas. Berdasarkan hasil analisis vertikal tersebut, terdapat beberapa informasi penting yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut.
- Di dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain, komponen beban pokok pendapatan menjadi komponen beban dengan nilai terbesar dengan proporsi pada tahun 2019 dan 2021 mencapai 46,31% dan 49,06%. Meskipun mengalami penurunan, persentase laba bruto terhadap pendapatan neto masih terjaga di atas 50%, yaitu sebesar 53,69% di tahun 2019 dan 50,94% di tahun 2020. Selanjutnya beban penjualan dan pemasaran dan beban administrasi menjadi komponen beban dengan nilai terbesar berikutnya dengan proporsi pada tahun 2019 masing-masing sebesar 29,14% dan 8,37% dan meningkat di tahun 2020 masing-masing menjadi sebesar 29,35% dan 10,43%. Meskipun pada tahun 2019 dan 2020 DVLA masih meraih kinerja positif, persentase laba bersih terhadap pendapatan neto mengalami penurunan dari 12,23% di tahun 2019 menjadi sebesar 8,86% di tahun 2020. Sementara itu, persentase rugi komprehensif lain terhadap pendapatan neto meningkat menjadi 1,32% di tahun 2020 dibandingkan di tahun 2019 yang hanya sebesar 0,14%.
- Hasil analisis vertikal atas Laporan Posisi Keuangan menunjukkan DVLA sebagai Perseroan yang tidak secara dominan bertumpu pada utang untuk membiayai bisnisnya. Proporsi total utang terhadap total aset hanya berkisar di angka 28,63% di tahun 2019 dan 33,24% di tahun 2020. Dari sisi aset, proporsi terbesar merupakan aset dengan kategori lancar yang didominasi oleh kas dan setara kas, piutang usaha, dan persediaan masing-masing sebesar 18,53%, 30,09%, dan 18,24% di tahun 2019 dan 13,35%, 35,69%, dan 18,85% di tahun 2020 dari total nilai aset. Sementara itu, aset tetap menjadi komponen aset tidak lancar dengan proporsi terbesar yaitu mencapai 21,47% di tahun 2019 dan 21,87% di tahun 2020. Komponen liabilitas Perseroan mayoritas bersifat jangka pendek yang sebagian besar berasal dari utang usaha dan beban akrual dengan persentase terhadap total aset masing-masing senilai 7,79% dan 8,67% di tahun 2019 dan senilai 6,57% dan 12,65% di tahun 2020. Liabilitas jangka panjang Perseroan hanya berasal dari liabilitas imbalan kerja jangka panjang dengan persentase terhadap total aset untuk tahun 2019 sebesar 4,61% dan tahun 2020 sebesar 5,26%. Terakhir, persentase ekuitas terhadap total aset mengalami penurunan dari 71,37% di tahun 2019 menjadi 66,76% di tahun 2020.
- Penurunan laba bersih Perseroan berimplikasi pada penurunan persentase arus kas neto dari aktivitas operasi terhadap penerimaan kas dari pelanggan meskipun arus kas neto dari aktivitas operasi masih menunjukkan angka yang positif. Di tahun 2019, persentase arus kas neto dari aktivitas operasi terhadap penerimaan kas dari pelanggan adalah sebesar 14,87% sementara di tahun 2020 menurun menjadi 6,31%. Hal ini diakibatkan persentase pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan terhadap penerimaan kas dari pelanggan yang juga meningkat masing-masing sebesar 64,37% dan 16,97% di tahun 2019 menjadi sebesar 71,7% dan 19,28% di tahun 2020. Dari aktivitas investasi, arus kas keluar mayoritas berasal dari pembelian aset tetap dan properti investasi, sedangkan dari aktivitas pendanaan, proporsi pembayaran dividen menjadi penyumbang terbesar arus kas keluar. Secara agregat, di tahun 2019, Perseroan masih mencatatkan peningkatan kas dan setara kas menjadi sebesar 12% dari arus kas positif dari aktivitas operasi, berbanding terbalik dengan kondisi di tahun 2020 yang mengalami penurunan kas dan setara kas dengan persentase sebesar 69,18% dari arus kas positif dari aktivitas operasi.
Hasil Analisis Horizontal
Analisis horizontal atas Laporan Keuangan DVLA dilakukan dengan membandingkan perubahan setiap komponen di dalam Laporan Keuangan tahun 2019 dan 2020. Hasil analisis horizontal atas Laporan Keuangan DVLA disajikan di dalam Lampiran 1 untuk Laporan Laba Rugi dan Komprehensif Lain, Lampiran 2 untuk Laporan Posisi Keuangan, dan Lampiran 3 untuk Laporan Arus Kas. Berdasarkan hasil analisis horizontal tersebut, terdapat beberapa informasi penting yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut.
- Di tahun 2020, pendapatan neto Perseroan hanya mampu tumbuh sebesar 0,92% namun beban pokok pendapatan mengalami peningkatan sebesar 6,93%. Kondisi ini menyebabkan laba bruto Perseroan menurun sebesar 4,26% dari Rp973 miliar di tahun 2019 menjadi Rp931 miliar di tahun 2020. Selama tahun 2020, Perseroan juga mengalami peningkatan beban usaha yang meliputi beban penjualan dan pemasaran dan beban administrasi masing-masing sebesar 1,65% dan 25,84% dan mengakibatkan laba usaha mengalami penurunan hingga 28,96%. Meskipun beban pajak penghasilan berkurang sejalan dengan penurunan laba Perseroan, secara keseluruhan laba bersih Perseroan menurun sebesar 26,92% dari sebesar Rp221 miliar di tahun 2019 menjadi sebesar Rp162 miliar di tahun 2020. Dari sisi rugi komprehensif lain, terdapat peningkatan rugi komprehensif lain hingga lebih dari 8 (delapan) kali lipat yang diakibatkan oleh meningkatnya kerugian pengukuran kembali atas program imbalan pasti.
- Dari sisi Laporan Posisi Keuangan, total aset Perseroan pada tahun 2020 meningkat sebesar 8,57% yang bersumber dari peningkatan liabilitas dan ekuitas masing-masing sebesar 26,06% dan 1,55%. Pertambahan aset Perseroan terutama berasal meningkatnya nilai piutang usaha, persediaan, aset tetap, dan aset pajak tangguhan, masing-masing sebesar 28,77%, 12,18%, 10,57%, dan 48,36%. Meskipun secara agregat nilai aset mengalami peningkatan, jumlah kas dan setara kas yang dimiliki oleh Perseroan per tanggal 31 Desember 2020 justru mengalami penurunan hingga 21,75%. Dari sisi liabilitas, selain utang usaha yang mengalami penurunan sebesar 8,4%, seluruh komponen liabilitas mengalami kenaikan terutama dari sisi beban akrual, utang pajak, liabilitas imbalan kerja pendek dan jangka panjang, dan liabilitas keuangan. Akibatnya liabilitas Perseroan pada tahun 2020 meningkat sebesar 26,06% dibandingkan tahun 2019. Kenaikan juga terjadi di sisi ekuitas, meskipun tipis, sebesar 1,55% pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp1,326 triliun. Hal ini disebabkan oleh laba bersih Perseroan pada tahun 2020 yang mengalami penurunan dan adanya peningkatan komponen rugi komprehensif lain.
- Selama tahun 2020, arus kas perusahaan juga mengalami penurunan yang signifikan. Meskipun pendapatan neto perusahaan meningkat, tetapi penerimaan kas dari pelanggan mengalami penurunan sebesar 7,93%. Selain itu, terdapat peningkatan arus kas keluar untuk pembayaran kepada pemasok dan karyawan masing-masing sebesar 2,57% dan 4,62%. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan tajam arus kas neto dari aktivitas operasi hingga 60,89% dari sebesar Rp272 miliar di tahun 2019 menjadi sebesar Rp106 miliar di tahun 2020. Penurunan arus kas neto dari aktivitas operasi berimbas pada total pengeluaran modal Perseroan dari aktivitas investasi yang juga turun signifikan sebesar 51,63% yang terutama disebabkan tidak adanya akuisisi atas properti investasi di tahun 2020. Meskipun mengalami penurunan arus kas neto dari aktivitas operasi, Perseroan tetap berkomitmen melakukan pembayaran dividen tahunan secara rutin dengan jumlah yang ikut meningkat. Secara keseluruhan, Perseroan memperoleh arus kas negatif sebesar Rp73 miliar, berbanding terbalik dengan kondisi di tahun 2019 yang menghasilkan arus kas positif sebesar Rp32 miliar sehingga mengakibatkan penurunan kas dan setara kas yang dimiliki oleh Perseroan hingga 21,75%.
Hasil Analisis Rasio
Analisis rasio atas Laporan Keuangan DVLA difokuskan pada analisis kredit (risiko) dan analisis profitabilitas Perseroan pada tahun 2019 dan 2020. Analisis kredit (risiko) terdiri dari analisis atas likuiditas dan analisis atas struktur modal dan solvabilitas. Sementara itu, analisis profitabilitas dilakukan dengan menganalisis tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi, dan pemanfaatan aset. Hasil analisis atas beberapa rasio penting ditunjukkan dalam Tabel 1.
Rasio | 2019 | 2020 |
1. Credit (Risk) Analysis | ||
a. Liquidity | ||
1) Current ratio | 2,91 | 2,52 |
2) Quick ratio | 2,06 | 1,78 |
3) Collection period | 109,32 | 139,50 |
4) Days to sell inventory | 143,13 | 150,15 |
b. Capital Structure and Solvency | ||
1) Total debt to equity | 0,40 | 0,50 |
2) Long-term debt to equity | 0,06 | 0,08 |
3) Times interest earned | – | 2.724,73 |
2. Profitability Analysis | ||
a. Return on Investment | ||
1) Return on assets | 12,12% | 8,16% |
2) Return on common equity | 16,98% | 12,22% |
b. Operating Performance | ||
1) Gross profit margin | 53,69% | 50,94% |
2) Operating profit margin | 16,36% | 11,52% |
3) Net profit margin | 12,23% | 8,86% |
c. Aset Utilization | ||
1) Account receivable turnover | 3,29 | 2,58 |
2) Inventory turnover | 2,52 | 2,40 |
3) PPE Turnover | 3,94 | 3,78 |
4) Total aset turnover | 0,99 | 0,92 |
Analisis kredit (risiko) atas Laporan Keuangan DVLA untuk tahun 2019 dan 2020 yang meliputi analisis atas likuiditas dan analisis atas struktur modal dan solvabilitas memberikan informasi penting sebagai berikut.
- Terdapat indikasi penurunan likuiditas Perseroan pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi di tahun 2019. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan rasio lancar (current ratio) dari 2,91 menjadi 2,52 dan rasio cepat (quick ratio) dari 2,06 menjadi 1,78. Meskipun terjadi penurunan likuiditas, kondisi yang dialami oleh Perseroan masih dapat dikatakan aman mengingat kedua rasio tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari 1. Selama tahun 2020, Perseroan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menagih piutang mereka (collection period) menjadi selama 139 hari, sebulan lebih panjang jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berkisar selama 109 hari. Selain itu, jangka waktu yang dibutuhkan oleh Perseroan untuk menjual persediaan mereka (days to sell inventory) bertambah selama 7 hari dari selama 143 hari di tahun 2019 menjadi selama 150 hari di tahun 2020.
- Penurunan likuiditas Perseroan berimplikasi pada meningkatnya utang Perseroan. Pada tahun 2020, rasio utang terhadap ekuitas (total debt to equity ratio) meningkat menjadi 0,5 dibandingkan kondisi di tahun 2019 yang sebesar 0,4. Peningkatan utang Perseroan sebagian besar berasal dari utang yang bersifat jangka pendek dan umumnya dihasilkan dari aktivitas operasional. Sementara itu, utang jangka panjang Perseroan, meskipun nilainya tidak sebesar utang jangka pendek, juga mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (long-term debt to equity ratio) yang meningkat dari 0,06 menjadi 0,08.
Analisis profitabilitas atas Laporan Keuangan DVLA untuk tahun 2019 dan 2020 yang meliputi analisis atas tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi, dan pemanfaatan aset memberikan informasi penting sebagai berikut.
- Analisis atas tingkat pengembalian investasi dilakukan dalam dua aspek, yaitu tingkat pengembalian atas aset (return on assets) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on equity). Penurunan laba bersih yang dialami oleh Perseroan pada tahun 2020 berimplikasi pada menurunnya tingkat pengembalian atas aset dan ekuitas Perseroan. Di tahun 2020, tingkat pengembalian atas aset Perseroan turun menjadi 8,16% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 12,12%. Tingkat pengembalian atas ekuitas juga mengalami penurunan dari 16,98% di tahun 2019 menjadi 12,22% di tahun 2020. Meskipun mengalami penurunan yang cukup tinggi, tingkat pengembalian atas investasi Perseroan masih lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga atas instrumen investasi bebas risiko, misalnya deposito. Sebagai contoh, tingkat suku bunga yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per 31 Desember 2020 adalah sebesar 5% untuk Bank Umum dan 7,5% untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
- Analisis atas kinerja operasi Perseroan menunjukkan terjadinya penurunan margin operasi selama tahun 2020. Margin laba bruto (gross profit margin) Perseroan mengalami penurunan dari 53,69% di tahun 2019 menjadi 50,94% di tahun 2020. Penurunan margin juga terjadi di level laba operasi (operating profit margin) menjadi 11,52% dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya yang mencapai 16,36%. Secara keseluruhan margin laba bersih (net profit margin) Perseroan turun dari 12,23% di tahun 2019 menjadi 8,86% di tahun 2020.
- Analisis atas pemanfaatan aset Perseroan ditunjukkan oleh indikator perputaran atas piutang usaha, persediaan, aset tetap, dan total aset. Secara garis besar, selama tahun 2020 seluruh indikator menunjukkan terjadinya penurunan tingkat pemanfaatan atas aset perseroan. Perputaran piutang usaha (account receivable turnover) turun menjadi 2,58 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,29 dan menunjukkan terjadinya penurunan kemampuan Perseroan untuk melakukan penagihan dan pencairan piutang usaha. Perputaran persediaan (inventory turnover) turun dari 2,52 di tahun 2019 menjadi 2,40 di tahun 2020 dan menunjukkan penurunan kemampuan perusahaan untuk menjual persediaannya. Penurunan juga terjadi pada rasio perputaran aset tetap (PPE turnover) yang menunjukkan berkurangnya pemanfaatan aset tetap Perseroan dalam menghasilkan pendapatan dari 3,94 di tahun 2019 menjadi 3,78 di tahun 2020. Secara agregat, tingkat pemanfaatan total aset dalam menghasilkan pendapatan (total assets turnover) mengalami penurunan di tahun 2020 menjadi 0,92 dibandingkan kondisi di tahun 2019 yang sebesar 0,99.
Valuasi
Valuasi merupakan suatu teknik analisis untuk menentukan nilai suatu instrumen atau sekuritas. Valuasi atas DVLA dilakukan untuk menentukan nilai intrinsik saham DVLA dan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan investor untuk mengambil keputusan investasinya atas saham DVLA. Pembahasan atas valuasi saham DVLA dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pertumbuhan laba per saham (Earnings per Share – EPS) dan pendekatan pertumbuhan nilai buku per saham (Book Value per Share – BVPS)
1. Valuasi Berdasarkan Pertumbuhan EPS
Dalam valuasi dengan menggunakan pendekatan ini, EPS DVLA diproyeksikan akan mencapai level Rp250,00 di tahun 2023 (diasumsikan tidak ada perubahan jumlah saham). Dengan asumsi nilai rasio harga saham terhadap EPS (Price-to-Earning Ratio – PER) ditetapkan sebesar 15, maka harga saham DVLA akan mencapai level Rp3.750,00 per lembar saham di tahun 2023.
Berdasarkan informasi keuangan historis, diketahui DVLA selalu membagikan dividen setiap tahun dengan nilai dividen per lembar saham terakhir sebesar Rp107,00 per lembar saham. Apabila Perseroan diasumsikan terus membagikan dividen dalam jumlah yang sama sampai dengan tahun 2013 dan investor menggunakan tingkat diskonto sebesar 10%, maka valuasi harga saham DVLA dihitung sebagai berikut.
Nilai sekarang dari harga saham DVLA sebesar Rp3.750,00 per lembar saham di tahun 2023 | Rp2.817,00 |
Nilai sekarang dari dividen per tahun sebesar Rp107,00 per lembar saham selama tiga tahun | Rp266,00 |
Nilai intrinsik saham DVLA | Rp3.083,00 |
Dengan menggunakan harga pasar saham DVLA pada awal perdagangan tahun 2021 sebesar Rp2.420,00 per lembar saham, maka dapat disimpulkan bahwa harga pasar saham DVLA masih berada di bawah nilai intrinsiknya. Terdapat selisih sebesar 27,41% antara harga pasar saham DVLA dengan nilai intrinsiknya. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi investor untuk membeli saham DVLA.
2. Valuasi Berdasarkan Pertumbuhan BVPS
Valuasi saham DVLA berdasarkan pertumbuhan BVPS mengasumsikan pada tahun 2023 nilai BVPS DVLA meningkat menjadi Rp1.300,00 dibandingkan kondisi di tahun 2020 yang sebesar Rp1.184,00. Apabila rasio harga saham terhadap nilai buku per lembar saham (Price-to-Book Value Rasio – PBV Ratio) ditetapkan sebesar 2, harga saham DVLA di tahun 2023 diproyeksikan akan berada di level Rp2.600,00 per lembar saham.
Berdasarkan informasi keuangan historis, diketahui DVLA selalu membagikan dividen setiap tahun dengan nilai dividen per lembar saham terakhir sebesar Rp107,00 per lembar saham. Apabila Perseroan diasumsikan terus membagikan dividen dalam jumlah yang sama sampai dengan tahun 2013 dan investor menggunakan tingkat diskonto sebesar 10%, maka valuasi harga saham DVLA dihitung sebagai berikut.
Nilai sekarang dari harga saham DVLA sebesar Rp2.600,00 per lembar saham di tahun 2023 | Rp1.953,00 |
Nilai sekarang dari dividen per tahun sebesar Rp107,00 per lembar saham selama tiga tahun | Rp266,00 |
Nilai intrinsik saham DVLA | Rp2.219,00 |
Dengan menggunakan harga pasar saham DVLA pada awal perdagangan tahun 2021 sebesar Rp2.420,00 per lembar saham, maka harga pasar saham DVLA lebih tinggi dibandingkan nilai intrinsiknya. Selisih antara harga pasar saham DVLA dengan nilai intrinsiknya mencapai 13,36%. Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi investor yang telah memiliki saham DVLA untuk melakukan penjualan saham DVLA.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis atas Laporan Keuangan DVLA untuk tahun 2019 dan 2020 yang meliputi analisis vertikal, analisis horizontal, dan analisis rasio dan hasil valuasi atas saham DVLA, kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.
- Pandemi Covid-19 secara nyata telah memukul kinerja bisnis secara keseluruhan, termasuk yang dialami oleh DVLA selama tahun 2020. Walaupun pendapatan neto tumbuh sebesar 0,92% di tengah pandemi, terjadi peningkatan yang signifikan atas beban pokok pendapatan sebesar 6,93% sebagai akibat terganggunya rantai pasokan global. Hal ini mengakibatkan margin laba bruto Perseroan turun dari 53,69% menjadi 50,94%. Komponen beban penjualan dan pemasaran dan beban administrasi yang selama ini menjadi komponen terbesar di dalam proporsi beban Perseroan turut mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,65% dan 25,84%. Secara agregat, meskipun masih mampu mencatatkan kinerja positif, laba bersih DVLA pada tahun 2020 mengalami koreksi sebesar 26,92%. Turunnya laba bersih Perseroan ikut menurunkan tingkat pengembalian atas ekuitas menjadi 12,12% meskipun nilai ini masih lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga atas instrumen investasi bebas risiko.
- Penurunan laba bersih DVLA berimplikasi pada penurunan arus kas neto yang diperoleh Perseroan dari aktivitas operasi hingga 60,89%. Penurunan perputaran piutang dan perputaran persediaan juga turut berkontribusi terhadap penurunan arus kas neto Perseroan. Meskipun demikian, Perseroan mampu menjaga komitmen mereka untuk tetap melakukan pembelanjaan modal dan pembayaran dividen di tengah pandemi. Kondisi ini mengakibatkan arus kas neto perusahaan menjadi negatif, berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya yang positif, dan kas dan setara kas Perseroan turun hingga 21,75%.
- Penurunan kinerja dan arus kas yang dialami DVLA mengakibatkan terjadinya perubahan struktur permodalan Perseroan. Walaupun nilai total aset meningkat sebesar 8,57%, rasio utang terhadap ekuitas juga mengalami kenaikan dari 0,4 menjadi 0,5. Secara umum, liabilitas Perseroan meningkat hingga 26,06% dengan proporsi terbesar merupakan liabilitas jangka pendek. Namun demikian, kondisi likuiditas Perseroan masih terjaga yang ditunjukkan dengan rasio lancar Perseroan yang—meskipun mengalami penurunan—lebih besar dari 2.
- Valuasi atas harga saham DVLA dengan menggunakan pendekatan pertumbuhan EPS dan pendekatan pertumbuhan BVPS memberikan hasil yang berbeda. Dengan asumsi EPS DVLA di tahun 2023 tumbuh menjadi Rp250,00, PER sebesar 15, dividen per tahun sebesar Rp107,00 per lembar saham, dan tingkat diskonto sebesar 10%, harga saham DVLA pada awal tahun 2021 masih undervalued sebesar 27,41%. Namun, jika menggunakan pendekatan pertumbuhan BVPS dengan asumsi BVPS DVLA di tahun 2023 menjadi sebesar Rp1.300,00, PBV Ratio sebesar 2, dividen per tahun sebesar Rp107,00 per lembar saham, dan tingkat diskonto sebesar 10%, hasil valuasi menunjukkan harga saham DVLA telah overvalued sebesar 13,36%.
Daftar Pustaka
- Subramanyam, K. R. 2014. Financial Statement Analysis Eleventh Edition. McGraw-Hill Education.
- PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. Laporan Tahunan 2020.
- PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. Darya-Varia at a Glance.
- PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. Products & Services.
- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). List Perubahan Tingkat Bunga Penjaminan.
Lampiran
Lampiran 1, Lampiran 2, dan Lampiran 3 di dalam pembahasan ini dapat diunduh melalui link berikut.
Catatan
Analisis atas Laporan Keuangan dan Valuasi PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) yang disajikan dalam pembahasan ini hanya digunakan sebagai contoh pembelajaran dan tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan tertentu.
Anda juga dapat menghitung rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar dengan mudah dan cepat menggunakan Kalkulator Rasio Keuangan.
Tinggalkan Balasan