Pada dasarnya bunga (interest) adalah pembayaran atas penggunaan uang. Bagi pihak yang menggunakan uang, bunga adalah jumlah kelebihan uang yang dibayarkan kepada pemilik uang atas uang yang digunakan. Sementara itu, bagi pemilik uang, bunga adalah jumlah kelebihan uang yang diterima atas penggunaan uang yang mereka miliki. Sebagai contoh A meminjam uang sebesar Rp1 juta kepada B dengan tingkat bunga 10% per tahun. Pada akhir tahun, A akan mengembalikan uang tersebut sejumlah Rp1,1 juta yang terdiri dari pokok utang sebesar Rp1 juta dan bunga sebesar Rp100 ribu (10% x Rp1 juta).
Meski demikian, konsep bunga juga dapat diaplikasikan dalam bentuk yang lain. Sebagai contoh, konsep bunga juga dapat digunakan dalam kegiatan investasi seperti dalam hal penentuan tingkat pengembalian atas investasi (return on investment). Misalnya C memulai usaha dengan modal sebesar Rp10 juta dengan harapan usahanya akan memberikan tingkat pengembalian (return) sebesar 10% setahun. Dengan sistem perhitungan yang mirip, di akhir tahun apabila return yang diharapkan tercapai, modal C akan tumbuh menjadi Rp11 juta yang terdiri dari pokok modal sebesar Rp10 juta dan return sebesar Rp1 juta (10% x Rp10 juta).
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat bunga. Salah satu faktor utamanya adalah tingkat risiko. Dengan mengasumsikan faktor-faktor lainnya adalah tetap (ceteris paribus), semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat bunga dan sebaliknya. Sebagai contoh apabila Anda berniat untuk meminjamkan uang kepada seseorang dengan profil risiko tinggi atau berinvestasi pada sektor yang memiliki tingkat kegagalan yang tinggi, pada umumnya Anda tentu berharap tingkat bunga atau tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula.
Dalam penghitungan bunga, umumnya dikenal 2 (dua) pendekatan yang dapat digunakan yaitu penghitungan bunga sederhana (simple interest) dan bunga majemuk (compund interest). Tulisan ini akan menyajikan perbedaan kedua model penghitungan tersebut dan contoh penghitungannya.
Bunga Sederhana (Simple Interest)
Dengan menggunakan pendekatan bunga sederhana, bunga dihitung hanya atas jumlah pokok uang. Dengan demikian, rumus penghitungan bunga sederhana disajikan sebagai berikut:
Rumus Bunga Sederhana (Simple Interest)
I = P x i x n
Keterangan:
I = Nilai Bunga/Return
P = Jumlah Pokok
i = Tingkat Bunga/Return per Periode
n = Jumlah Periode
Sebagai contoh, A berinvestasi pada usaha milik B sebesar Rp100 juta dengan periode investasi selama 12 bulan. Perjanjian yang dibuat antara A dan B menyebutkan bahwa B akan memberikan return atas investasi A dengan tingkat return sebesar 10% per tahun yang dibayarkan setiap semester (6 bulan). Dengan demikian, selama setahun, nilai pengembalian atas investasi A kepada B adalah sebesar Rp10 juta (Rp100 juta x 10%).
Bunga Majemuk (Compound Interest)
Berbeda dengan bunga sederhana, dalam bunga majemuk perhitungan bunga dilakukan atas pokok uang dan juga bunga yang belum dibayarkan atau diambil. Bunga majemuk menggunakan akumulasi saldo pokok+bunga di akhir periode untuk menentukan bunga di periode berikutnya. Ada pun rumus untuk menghitung bunga majemuk adalah sebagai berikut:
Rumus Bunga Majemuk (Compound Interest)
I = P x ((1+i/m)mxn-1)
Keterangan:
I = Nilai Bunga/Return
P = Jumlah Pokok
i = Tingkat Bunga/Return per Tahun
m = Frekuensi Pembayaran Bunga/Return per Tahun
n = Jumlah Periode (Tahun)
Melanjutkan contoh sebelumnya, diasumsikan A berinvestasi pada usaha milik B sebesar Rp100 juta dengan periode investasi selama 12 bulan. Perjanjian yang dibuat antara A dan B menyebutkan bahwa B akan memberikan return atas investasi A dengan tingkat return sebesar 10% per tahun yang dibayarkan setiap semester (6 bulan). Apabila return tersebut diinvestasikan lagi oleh A ketika diperoleh, maka nilai return investasi A pada akhir tahun adalah sebesar Rp10,25 juta (Rp100 juta x ((1+10%/2)2-1)).
Ilustrasi Perbedaan Bunga Sederhana dan Bunga Majemuk
Untuk memudahkan Anda, pada bagian ini akan disajikan ilustrasi bagaimana perbedaan penghitungan bunga sederhana dan bunga majemuk dari kasus investasi A kepada B. Dari contoh sebelumnya, A berinvestasi pada usaha milik B sebesar Rp100 juta dengan periode investasi selama 12 bulan. Perjanjian yang dibuat antara A dan B menyebutkan bahwa B akan memberikan return atas investasi A dengan tingkat return sebesar 10% per tahun yang dibayarkan setiap semester (6 bulan). Untuk Kasus 1 diasumsikan bunga dihitung dengan bunga sederhana dan Kasus 2 bunga dihitung secara majemuk.
Kasus 1. Bunga Sederhana | Kasus 2. Bunga Majemuk | |||||
Penghitungan Bunga | Nilai Bunga | Total Saldo | Penghitungan Bunga | Nilai Bunga | Total Saldo | |
Bulan ke-6 | 100 juta x 10% x 6/12 | 5 juta | 105 juta | 100 juta x 10% x 6/12 | 5 juta | 105 juta |
Bulan ke-12 | 100 juta x 10% x 6/12 | 5 juta | 110 juta | 105 juta x 10% x 6/12 | 5,25 juta | 110,25 juta |
Total | 10 Juta | 10,25 juta |
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa bunga majemuk dihitung atas saldo pokok ditambah bunga pada periode sebelumnya. Hal ini menyebabkan nilai bunga majemuk menjadi lebih besar dibandingkan bunga sederhana yakni Rp10,25 juta dibandingkan Rp10 juta.
Referensi Bacaan:
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2019. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh Belas. John Wiley & Sons, Inc.
Tinggalkan Balasan