Strategi di dalam Industri Berteknologi Tinggi – Studi Kasus Produk Kacamata Pintar

Avatar Riki Asp

Dilansir dari Kompas, CEO Facebook, Mark Zuckerberg rupanya optimis dengan prospek gadget berjenis kacamata pintar atau smart glasses. Meski belum banyak dipakai oleh konsumen umum saat ini, dia berpendapat bahwa perangkat itu bakal jadi tren di masa depan. Zuckerberg pun meramal bahwa kacamata pintar bakal menjadi perangkat yang diandalkan banyak orang untuk berkomunikasi secara virtual pada 2030 mendatang. Dengan teknologi Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR), pengguna kacamata pintar dapat mengunjungi suatu tempat secara instan tanpa harus benar-benar pergi ke sana, kemudian bercakap-cakap dengan orang lain di lokasi itu. “Nantinya, Anda tidak perlu menelepon seseorang atau melakukan video call untuk berkomunikasi. Anda cukup menggunakan jari untuk memulai ‘teleportasi’. Setelah itu, Anda akan berada seolah sedang duduk bersama mereka layaknya di dunia nyata,” kata Zuckerberg.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC, Jumat (12/3/2021), Zuckerberg mengatakan bahwa keuntungan lainnya dari komunikasi lewat kacamata pintar adalah mengurangi waktu perjalanan yang akan ditempuh seseorang untuk pergi ke suatu tempat. Dengan begitu, keinginan seseorang untuk bepergian pun akan berkurang. Waktu yang mereka gunakan untuk berkomunikasi juga menjadi lebih efisien. Ujung-ujungnya, emisi kendaraan berkurang sehingga mengurangi polusi. “Kita tidak terlalu memikirkan proses perjalanan karena hal itu menjadi salah satu hambatan bagi kita. Saya pikir itu juga menjadi solusi terbaik bagi banyak orang dan bumi ini tentunya,” jelas Zuckerberg.

Perangkat kacamata pintar sebelumnya pernah dipopulerkan oleh Google Glass yang diumumkan pada 2012, tapi kemudian urung dirilis untuk konsumen umum. Microsoft juga memiliki lini smart glasses HoloLens yang mengandalkan Mixed Reality, gabungan VR dan AR. Beberapa perusahaan teknologi kini kabarnya masing-masing sedang mengembangkan kacamata pintar, termasuk Facebook. Skenario penggunaan kaca mata pintar di masa depan itu bisa jadi mewakili visi Facebook untuk produknya sendiri.

******

Secara umum, industri kacamata pintar dapat dikatakan merupakan bagian dari industri berteknologi tinggi (high-technology indutry) yang memiliki karakteristik khusus berupa penggunaan sains dan teknologi yang berkembang dengan pesat secara intensif. Mengingat produk kacamata pintar belum atau belum sepenuhnya tersedia di pasar untuk umum, tulisan ini akan mencoba menguraikan hal penting yang perlu diperhatikan dan strategi yang dapat diadopsi oleh perusahaan teknologi agar dapat unggul di dalam persaingan pasar kacamata pintar yang kompetitif.

Di dalam industri berteknologi tinggi, keberadaan standar teknis (technical standard) yaitu seperangkat spesifikasi teknis dalam pembuatan produk merupakan salah satu sumber utama dalam upaya menciptakan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Dengan demikian, hal ini dapat menimbulkan persaingan di antara produsen kacamata pintar dalam bentuk perang format (format war) untuk menyusun dan mengatur standar teknis pembuatan kacamata pintar antara lain seperti bentuk dan desain kacamata pintar, fitur yang didukung, teknologi yang diadopsi, komparabilitas dengan perangkat lainnya, dan standar keamanan yang dipatuhi. Keberadaan standar teknis akan memberikan manfaat ekonomi bagi produsen berupa jaminan komparabilitas dengan produk pelengkap (complementary product), menghindari kebingungan konsumen, dan mengurangi biaya produksi dan risiko.

Terlepas dari apakah standar teknis dimaksud ditetapkan oleh pemerintah atau asosiasi industri, merupakan hal yang penting bagi produsen kacamata pintar untuk menyusun strategi di dalam perang format agar desain kacamata pintar mereka diadopsi menjadi standar bagi industri. Strategi dasar yang dapat diterapkan adalah dengan menciptakan dan mempertahankan efek jaringan (network effect) atas produk pelengkap yang memberikan umpan balik positif (positive feedback) berupa peningkatan permintaan produk kacamata pintar. Untuk tujuan tersebut, beberapa strategi dan taktik yang dapat diadopsi antara lain:

  1. memastikan ketersediaan pasokan produk pelengkap seperti aplikasi pendukung kacamata pintar baik dengan cara memproduksinya sendiri atau menggunakan jasa pihak ketiga;
  2. menerapkan strategi penetapan harga dan pemasaran yang agresif seperti menjual produk kacamata pintar dengan harga murah namun menetapkan harga yang tinggi untuk produk dan layanan berikutnya seperti biaya penggantian lensa (razor and blade strategy); dan
  3. bekerja sama dengan kompetitor atau melisensikan format produk kepada pihak lain.

Sebagaimana disebutkan di dalam artikel, produk kacamata pintar pertama kali dipopulerkan oleh Google melalui produk Google Glasses pada tahun 2012. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Google merupakan first mover, yaitu perusahaan yang menjadi pionir pengembangan produk kacamata pintar meskipun karena beberapa hal mereka menunda perilisannya untuk publik. Secara teoritis, first mover cenderung berpeluang memperoleh keunggulan substansial dalam menghasilkan pendapatan yang signifikan apabila mampu memanfaatkannya dengan baik.

Meskipun demikian, menjadi first mover tidak lantas memberikan jaminan akan keberhasilan. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh first mover. Tanpa mengaitkan secara spesifik dengan produk Google Glasses, beberapa tantangan dan hambatan tersebut dapat berupa biaya pengembangan yang besar, kerentanan akan kesalahan akibat ketidakpastian di dalam pasar, risiko dalam proses transisi produk untuk produksi secara massal, dan penggunaan teknologi yang usang atau inferior.

Mengingat sampai dengan saat ini produk kacamata pintar belum tersedia untuk publik, terdapat peluang besar bagi produsen untuk memperoleh keunggulan ekonomi sebagai pihak yang pertama kali menyediakan produk kacamata pintar untuk umum. Untuk meminimalisasi tantangan dan hambatan, beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain dengan mengembangkan dan memasarkan produk secara mandiri, bekerja sama dengan produsen lain, atau melisensikan produknya kepada pihak lain. Strategi mana yang akan dipilih didasarkan pada pertimbangan masing-masing produsen menyangkut ketersediaan aset pendukung, hambatan untuk mengimitasi produk, dan kapabilitas kompetitor.

Selain itu, prospek pengembangan kacamata pintar yang dianggap mampu mendisrupsi bagaimana cara kita berkomunikasi saat ini menunjukkan adanya potensi pergeseran paradigma teknologi (technological paradigm shifts). Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana penggunaan kacamata pintar menawarkan keunggulan dalam berkomunikasi dengan lebih efisien. Literatur menunjukkan bahwa pergeseran paradigma teknologi berimplikasi strategis bagi perusahaan yang telah ada untuk segera mempelajari dan berinvestasi pada teknologi terbaru. Melihat Facebook yang turut mengembangkan produk kacamata pintar, dapat disimpulkan bahwa Facebook dengan segala sumber daya yang dimilikinya berusaha menjaga diri mereka untuk tetap kompetitif di dalam pasar dan di sisi lain berupaya memanfaatkan teknologi baru tersebut dalam penciptaan nilai tambah (value added) di dalam proses bisnis mereka.

Referensi:
Hill, Charles W.L. and Jones, Gareth R., Strategic Management: An Integrated Approach, 10th. Ed., 2013, South – Western, 5191 Natorp Boulevard, Mason OH USA.

Tagged in :

Avatar Riki Asp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *