Aset keuangan pada umumnya menghasilkan 2 (dua) jenis pengembalian kepada investor, yaitu berupa (1) penghasilan periodik seperti dividen tunai atau pembayaran bunga dan (2) keuntungan dari kenaikan harga aset keuangan. Sebagai contoh, ketika Anda berinvestasi pada Saham PT ABCD Tbk, potensi keuntungan yang dapat diperoleh bersumber dari (1) pembayaran dividen tunai dari PT ABCD Tbk dan (2) keuntungan dari kenaikan harga saham PT ABCD Tbk.
Tingkat pengembalian (rate of return) dapat digunakan untuk mengukur level pengembalian dari suatu aset keuangan. Tingkat pengembalian dari berbagai aset keuangan juga dapat diperbandingkan untuk menilai aset keuangan mana yang perlu dipilih karena memberikan level pengembalian kepada investor yang terbesar.
Tingkat pengembalian dapat diukur berdasarkan periode kepemilikan atas aset keuangan, baik dalam periode tunggal atau spesifik maupun dalam periode jamak. Penghitungan tingkat pengembalian dalam periode tunggal hanya memiliki 1 (satu) cara penghitungan sedangkan tingkat pengembalian dalam periode jamak memiliki beragam cara dengan konsekuensi yang berbeda untuk setiap cara yang digunakan. Tulisan ini akan membahas tentang penghitungan tingkat pengembalian dalam periode tunggal menggunakan rumus Holding Period Return.
Holding Period Return (HPR)
Holding Period Return (HPR) menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari kepemilikan suatu aset untuk 1 (satu) periode waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan, tahunan, lima tahunan, dan sebagainya. HPR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Rumus Holding Period Return (HPR)
Holding Period Return (HPR) = [(P1 – P0) + I1] / P0
Keterangan:
P1 = Harga aset di akhir periode
P0 = Harga aset di awal periode
I1 = Penghasilan dari aset (misalnya dividen atau bunga) di akhir periode
Contoh penerapan HPR adalah sebagai berikut. Asumsikan Anda membeli saham PT XYZ Tbk di awal tahun 2024 sebanyak 1 lot seharga Rp1 juta. Di akhir tahun 2024, harga saham PT XYZ Tbk mengalami penurunan dan nilai investasi Anda menjadi Rp900 ribu. Jika di akhir tahun 2024 Anda memperoleh dividen dari PT XYZ Tbk senilai Rp200 ribu, berapa tingkat pengembalian atas investasi Anda di PT XYZ Tbk selama tahun 2024?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat menggunakan rumus HPR mengingat kita ingin menghitung tingkat pengembalian selama satu periode tertentu, yaitu selama tahun 2024 dengan rincian perhitungan sebagai berikut.
HPR = [(P1 – P0) +I1] / P0
HPR = [(Rp900 ribu – Rp1 juta) + Rp200 ribu] / Rp1 juta
HPR = Rp100 ribu / Rp1 juta
HPR = 0,1 atau 10%. Dengan demikian, tingkat pengembalian atas saham PT XYZ selama tahun 2024 adalah sebesar 10%.
HPR juga dapat dikembangkan untuk menghitung tingkat pengembalian dalam periode waktu tertentu yang berasal lebih dari 1 (satu) periode. Sebagai contoh kita ingin menghitung tingkat pengembalian selama setahun dari katakanlah, tingkat pengembalian tahunan selama 5 (lima) tahun ke depan. Untuk tujuan tersebut, HPR selama setahun dihitung melalui pemajemukan atas tingkat pengembalian tahunan di 5 (lima) tahun ke depan. Rumus penghitungan HPR setahun dari periode lebih dari 1 (satu) tahun adalah sebagai berikut.
Holding Period Return (HPR) untuk Periode Lebih dari Setahun
Holding Period Return = [(1 + HPR1) x (1 + HPR2) x … x (1 + HPRn)] – 1
Keterangan:
HPR1 = Holding period return di tahun ke-1
HPR2 = Holding period return di tahun ke-2
HPRn = Holding period return di tahun ke-n
Sebagai contoh, Obligasi AAA diproyeksikan memberikan imbal hasil selama 3 (tiga) tahun ke depan masing-masing sebesar 4%, 6%, dan 5% per tahun. Berdasarkan data tersebut, berapa imbal hasil Obligasi AAA selama setahun?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita dapat menggunakan rumus HPR untuk periode lebih dari setahun dengan rincian sebagai berikut.
HPR = [(1 +4%) x (1 + 6%) x (1 +5%)] – 1
HPR = 1,157 – 1
HPR = 0,157 atau 15,7%.
Dengan kata lain, Obligasi AAA diproyeksikan mampu memberikan imbal hasil sebesar 15,7%. selama setahun periode kepemilikan.
Tinggalkan Balasan