Dalam penghitungan biaya produk atau jasa, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung biaya-biaya terkait produksi yaitu (1) actual costing dan (2) normal costing. Secara sederhana, perbedaan dari kedua model penghitungan biaya produksi tersebut terletak dari bagaimana kita menentukan biaya overhead sebagai salah satu komponen biaya produksi.
Actual Costing
Di dalam actual costing, biaya-biaya yang termasuk ke dalam penghitungan biaya produksi seluruhnya merupakan biaya aktual. Dus, biaya produk atau jasa di dalam actual costing dihitung sebagai berikut.
Biaya Produksi = Biaya Aktual Material Langsung + Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung + Biaya Aktual Overhead
Biaya Produk per Unit = Biaya Produksi / Output Produk
Keakuratan biaya produksi menjadi keunggulan utama dari model actual costing. Meski demikian, penerapan actual costing juga memiliki kelemahan terutama berkaitan dengan pengukuran biaya overhead. Penghitungan biaya aktual atas material langsung dan tenaga kerja langsung mungkin dapat dengan lebih mudah ditelusuri tetapi tidak dengan biaya aktual atas overhead. Biaya overhead tidak memiliki keterkaitan langsung dengan unit yang diproduksi dan biaya aktual atas overhead membutuhkan waktu untuk diperoleh sehingga informasi atas biaya produk dalam actual costing tidak dapat diperoleh setiap saat.
Normal Costing
Penghitungan biaya produksi dengan menggunakan normal costing pada dasarnya memiliki kesamaan dengan actual costing kecuali dalam hal penentuan biaya overhead. Agar dapat menghasilkan biaya produk yang dapat diperoleh setiap saat, normal costing tidak menggunakan actual overhead tetapi estimated overhead. Dengan demikian, secara garis besar biaya produk dalam normal costing dihitung sebagai berikut.
Biaya Produksi = Biaya Aktual Material Langsung + Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung + Biaya Estimasi Overhead
Biaya Produk per Unit = Biaya Produksi / Output Produk
Penghitungan Estimasi Overhead dalam Normal Costing
Secara sederhana, penghitungan estimasi overhead di dalam normal costing dapat dilakukan dalam tiga langkah sebagai berikut.
Langkah 1. Menentukan Tingkat Estimasi Overhead
Tingkat estimasi overhead umumnya ditentukan pada awal tahun dengan membagi estimasi biaya overhead tahunan dengan estimasi tahunan level aktivitas atau biaya yang menjadi acuan.
Tingkat Estimasi Overhead = Estimasi Biaya Overhead Tahunan / Estimasi Level Aktivitas atau Biaya Tahunan
Langkah 2. Mengaplikasikan Tingkat Estimasi Overhead di Dalam Produksi
Setelah tingkat estimasi overhead diperoleh, langkah selanjutnya adalah menerapkannya ke dalam produksi dengan cara mengalikan tingkat estimasi overhead dengan level aktivitas atau biaya aktual yang menjadi acuan.
Applied Overhead = Tingkat Estimasi Overhead x Level Aktivitas atau Biaya Aktual yang Menjadi Acuan
Langkah 3. Membandingkan Overhead Aktual dengan Applied Overhead
Mengingat applied overhead didasarkan pada estimasi, besar kemungkinan bahwa terdapat selisih antara applied overhead dan overhead aktual. Selisih antara applied overhead dan overhead aktual dikenal sebagai varians overhead. Jika applied overhead > overhead aktual maka terjadi overapplied overhead, sebaliknya jika applied overhead < overhead aktual maka terjadi underapplied overhead.
Varians Overhead = Overhead Aktual – Applied Overhead
Nilai varians overhead pada umumnya disesuaikan ke dalam nilai persediaan (apabila belum terjual) atau harga pokok penjualan (COGS) (apabila telah terjual).
Contoh Penghitungan Biaya Produk dengan Actual Costing dan Normal Costing
Untuk memudahkan pemahaman tentang bagaimana actual costing dan normal costing digunakan dalam penghitungan biaya produk atau jasa, diasumsikan Anda adalah seorang pengusaha yang memproduksi mainan anak-anak. Data biaya dan hasil produksi disajikan dalam Tabel 1.
Biaya Material Langsung | Rp500 juta |
Biaya Tenaga Kerja Langsung | Rp200 juta |
Jumlah Mainan yang Diproduksi | 200.000 unit |
Di awal tahun, Anda mengestimasikan biaya overhead dengan menggunakan jam operasional mesin sebagai acuan karena mayoritas produksi mainan dilakukan oleh mesin dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.
Estimasi Biaya Overhead Setahun | Rp400 Juta |
Estimasi Jam Operasional Mesin Setahun | 4.000 jam |
Jam Operasional Mesin Aktual | 3.500 jam |
Biaya Overhead Aktual | Rp300 juta |
Penghitungan Biaya Produk dengan Actual Costing
Hasil penghitungan biaya produk dengan menggunakan pendekatan actual costing disajikan di dalam Tabel 3 berikut.
No | Komponen | Nilai |
1. | Biaya Aktual Material Langsung | Rp500 juta |
2. | Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung | Rp200 juta |
3. | Biaya Aktual Overhead | Rp300 juta |
4. | Total Biaya Produksi (1+2+3) | Rp1.000 juta |
5. | Jumlah Mainan yang Diproduksi | 200.000 unit |
6. | Biaya Produk (4 / 5) | Rp5.000 per unit |
Penghitungan Biaya Produk dengan Normal Costing
Dalam normal costing, kita perlu menentukan terlebih dahulu tingkat estimasi overhead dan kemudian nilai estimasi overhead yang diaplikasikan ke dalam produksi sebagaimana ditunjukkan di dalam Tabel 4.
No. | Komponen | Nilai |
1. | Estimasi Biaya Overhead Setahun | Rp400 Juta |
2. | Estimasi Jam Operasional Mesin Setahun | 4.000 jam |
3. | Tingkat Estimasi Overhead (1 / 2) | Rp100.000 per jam mesin |
4. | Jam Operasional Mesin Aktual | 3.500 jam |
5. | Applied Overhead (3 x 4) | Rp350 juta |
Setelah memperoleh nilai estimasi overhead yang diaplikasikan ke dalam produksi, langkah selanjutnya adalah menentukan biaya produk sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5.
No | Komponen | Nilai |
1. | Biaya Aktual Material Langsung | Rp500 juta |
2. | Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung | Rp200 juta |
3. | Applied Overhead | Rp350 juta |
4. | Total Biaya Produksi (1+2+3) | Rp1.050 juta |
5. | Jumlah Mainan yang Diproduksi | 200.000 unit |
6. | Biaya Produk (4 / 5) | Rp5.250 per unit |
Apabila dibandingkan, nilai biaya produk per unit dari normal costing adalah lebih besar dibandingkan biaya produk dalam actual costing (Rp5.250 > Rp5.000). Hal ini disebabkan nilai applied overhead (Rp350juta) > nilai overhead aktual (Rp300 juta) atau terjadi overapplied overhead sebesar Rp50 juta. Oleh karena itu, selisih sebesar Rp50 juta tersebut akan disesuaikan ke dalam nilai harga pokok penjualan (COGS) (diasumsikan seluruh produk telah terjual) dengan cara mengurangi nilai COGS sebesar Rp50 juta. Dengan demikian, pada akhirnya total biaya produk antara normal costing dan actual costing memiliki nilai yang sama.
Referensi:
Mowen, Maryanne M., Don R. Hansen, dan Dan L. Heitger. (2014). Cornerstones of Managerial Accounting 5th Edition. South-Western Cengage Learning.
Tinggalkan Balasan